Bisnis Di Desa Tumbuh
Berkad Dana Desa
Memasuki Desa Baumata
Utara, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, terdapat
sebidang tanah seluas tiga hektar di sisi kiri jalan. Lahan itu ditumbuhi
berbagai jenis tanaman hortikultura dan palawija. Itulah kebun contoh desa
setempat. Hasil produksi dijual pada lima pasar tradisional di Kota Kupang, dan
sebagian dikonsumsi warga. Dalam lahan itu juga dipelihara sapi dan sejenisnya
di bawah pengelola BUMDes.
Kebun desa ini merupakan
implementasi dari program Taman Eden yang digagas Bupati Kupang Ayup Titu Eki
pada 2016. Program itu adalah pemberdayaan ekonomi warga dengan memanfaatkan
lahan kosong. Di Desa Baumata Utara, realisasi program Taman Eden, selain
membangun kebun percontohan, juga mengefektifkan lahan pekarangan milik warga
setempat dengan menanam hortikultura dan palawija. Dari budidaya itu setiap
keluarga mampu meraup pendapatan bersih berkisar Rp 30 juta-Rp 50 juta per
tahun.
Mulai merintis
Program Taman Eden
merupakan kelanjutan dari program Paksa Tanam-Tanam Paksa yang dicanangkan
Bupati Titu Eki pada 2009-2016. Fokus program itu pada penanaman tanaman umur
panjang, seperti kopi, kemiri, kelapa, pinang, nangka, dan mangga. ”Setelah
sebagian lahan dipadati tanaman keras, bupati meluncurkan Taman Eden (TE).
Lahan-lahan kosong diwajibkan ditanami berbagai jenis tanaman hortikultura dan
palawija,” kata Kepala Desa Baumata Utara Anika Aome.
Desa Bautama Utara berada
sekitar 30 km arah tenggara Kota Kupang. Setelah TE diluncurkan Januari 2016,
Aome mengumpulkan warga, melakukan musyawarah perencanaan dan pembangunan desa (musrembangdes).
Saat itu, 13 keluarga atau 20 jiwa sepakat memanfaatkan pekarangan seluas 3
hektar (ha). Kebetulan areal 3 ha itu terletak berdampingan.
April 2016, warga mulai
tanam kol, sawi, tomat, singkong, cabai, timun, jahe, serai, kemangi, naga, labu
kuning, dan lengkuas. Memasuki musim hujan ditanami lagi jagung, umbi-umbian,
dan kacang-kacangan. Semua tanaman menggunakan pupuk organik.
Satu tahun mereka mampu
panen empat kali. Tak semua jenis tanaman dipanen sekaligus, tetapi bertahap.
Beberapa jenis tanaman, seperti cabai, tomat, sawi, kemangi, dan kol, tidak
bisa dipanen selama musim hujan kecuali saat kemarau, dengan memanfaatkan sumur
bor, yang disiapkan desa.
Hasil panen langsung
dijual ke lima pasar tradisional di Kota Kupang. Hasilnya, setiap keluarga
meraup keuntungan bersih Rp 30 juta-Rp 50 juta per tahun. Itu baru dari
penjualan sayur. Tiap keluarga juga menyetorkan Rp 100.000 kepada BUMDes.
Dana desa
Realisasi program Taman
Eden di wilayah Baumata Utara mulanya disuntik dengan modal dari dana desa
senilai Rp 239 juta dari Rp 603 juta yang dialokasikan bagi desa tersebut. Dana
itu dimanfaatkan dengan membeli satu unit traktor, pengadaan satu sumur bor dan
pompa, selang, dan keran air ke setiap pemilik lahan. Selain itu, pengadaan
bibit dan membangun satu unit rumah seluas 20 meter persegi untuk menyimpan
alat-alat pertanian.
Dibangun pula 4 unit bak,
50 cm x 50 cm, tinggi 40 cm untuk menampung air. Kandang berukuran 15 meter x
20 meter untuk 12 ekor sapi milik 13 keluarga. Para petani terbagi dalam
sejumlah kelompok, termasuk kelompok peternak. Setiap kelompok peternak
beranggotakan 30 orang. Setiap anggota mendapatkan ternak sapi 2 ekor (jantan
dan betina).
”Tahun ini kami membeli
45 sapi bibit, 42 sapi betina dan 3 jantan, dibagikan kepada warga. Satu ekor
Rp 5 juta untuk jantan dan betina Rp 4,5 juta. Warga yang belum mendapatkan
sapi diberi 1 ekor untuk dipelihara. Tiap keluarga wajib memelihara sapi. Dari
297 keluarga, ada 80 keluarga belum mendapatkan sapi. Target tahun 2020, semua
keluarga mendapatkan itu,” kata Aome.
Desa Batumata Utara
berpenduduk 1.319 orang terdiri atas 297 keluarga. Warga lain di luar kelompok
tani dan ternak diberi kesempatan mengerjakan proyek padat karya pembangunan
jalan desa. Proyek sejak 2016 itu telah membangun jalan desa 3,5 km. Setiap
hari mereka diupah Rp 40.000–Rp 50.000.
Sesuai hasil musyawarah
desa juga diadakan satu unit mesin giling jagung dan dua unit mesin parut kelapa.
Mesin dengan harga masing-masing Rp 3,5 juta ini dikelola kaum perempuan.
Setiap bulan, pengguna mesin wajib setor 20 persen dari penghasilan ke BUMDes.
Kerusakan mesin tanggung jawab kelompok.
BUMDes mengadakan tenda
”mobile” empat unit, 1.000 buah kursi plastik, 30 bohlam untuk disewakan. Satu
tenda Rp 100.000, satu kursi Rp 1.000, dan bohlam Rp 25.000 per bohlam untuk
100 watt. Fasilitas ini biasa disewa warga desa atau di luar desa untuk acara
nikah, wisuda, rapat desa, atau pesta-pesta lain. Uang dari penyewaan ini masuk
ke kas BUMDes.
BUMDes juga menyediakan
tiga unit traktor. Pemanfaatan traktor tangan di dalam wilayah desa, misalnya
bayar Rp 10.000 per are, di luar desa Rp 15.000 per are. Kerusakan saat
penyewaan, tanggung jawab penyewa.
Penggunaan dana desa
sesuai ketentuan. Di mana untuk pemberdayaan 30 persen, infrastruktur 30
persen, pembinaan 10 persen, penyelenggaraan pemerintahan 29 persen, dan 1
persen untuk dana tak terduga. Sementara gaji (honor) 5 anggota staf desa
termasuk kepala desa, 8 Pegawai BUMDes, 3 kepala dusun, 12 ketua RT, dan 6
ketua RW diambil dari alokasi dana desa. Dana desa 2018 Rp 400 juta.
Desa ini juga memiliki
sebuah kios tani. Kios ini menyediakan bibit pertanian, pupuk organik, pembasmi
hama organik, dan alat-alat pertanian. Total dana BUMDes mencapai Rp 435 juta.
BUMDes ini diprioritaskan untuk simpan pinjam, khusus membangun ekonomi warga.
”Sampai tahun 2015, desa
ini selalu dilanda rawan pangan dan gizi buruk. Akan tetapi, sejak 2016 sampai
sekarang, kami masuk hidup baru. Beberapa warga sudah punya traktor, dump
truck, mobil pikap, kios sembako, sekolahkan anak ke perguruan tinggi, dan
punya rumah bagus,” ujar Anache Saubakhe (32), warga Desa Baumata Utara, dengan
penuh kebanggaan.
SumBer : Bangun Hidup
Baru dari Dana Desa oleh Kornelis Kewa Ama ; Kompas.id, 14 Maret 2018,
No comments:
Post a Comment