Membangun Desa Membangun Daya Saing Indonesia
oleh: Agus Puji Prasetyono[1]
Tidak terpungkiri lagi bahwa posisi strategis Indonesia yang
berada di jantung perlintasan perdagangan dunia, di antara dua samudra dan dua
benua, serta menyimpan sejumlah besar mineral, minyak dan gas di dalam perut
buminya, terlebih penuh dengan kesuburan di hamparan hutannya, adalah negara
yang sangat kaya. Dengan kekayaannya itu Indonesia kini menjadi sasaran utama
negara tujuan investasi yang potensial bagi negara lain. Bagi Indonesia
investasi asing hanyalah suplemen dari anggaran pembangunan yang sudah
terencana dalam APBN dan RPJMN, sehingga jumlah dan peruntukannya pun telah
terkontrol dengan baik. Dengan dua jenis skema anggaran dan pembangunan itu
Indonesia bergerak membenahi diri menghadapi persaingan global.
Kondisi saat ini
Salah satu bukti dari keseriusan Indonesia adalah realisasi
pembangunan Infrastruktur yang secara nyata telah berhasil di beberapa wilayah.
Pembangunan itu bertujuan agar konektivitas antar kabupaten/kota, provinsi dan
nasional menjadi mudah dan praktis sehingga akan menaikkan dinamika sosial dan
ekonomi, yang berdampak pada naiknya jam kerja dan pendapatan masyarakat.
Alasan pembangunan infrastruktur ini sangat masuk akal, seperti apa yang kita
lihat saat ini, meskipun Indonesia telah 72 tahun merdeka, faktanya
infrastruktur di banyak daerah terutama daerah terpencil seperti di sebagian
Kalimantan, Maluku, Papua, Sumatera dan Sulawesi masih sangat mengenaskan.
Karena keterpencilannya itu mereka tidak dapat bergerak secepat masyarakat
kota, akibatnnya mereka tertinggal dalam beberapa bidang pembangunan baik
pendidikan, sosial maupun ekonomi. Mereka hidup dalam kemiskinan subsisten,
belum tersentuh ilmu pengetahuan dan teknologi secara memadai, dan bahkan gerak
langkah kehidupannya sangat terbatas.
Faktor utama membangun negara yang ber Daya Saing tinggi antara
lain adalah sumberdaya manusia (SDM) dan Iptek. Berdasakan wilayah, SDM terdiri
dari dua kelompok yaitu SDM yang tinggal di perkotaan dan desa. Masyarakat kota
secara umum dinilai maju dalam berbagai hal, mereka terfasilitasi infrastruktur
yang memadai, akses pendidikan yang lebih mudah, sedangkan masyarakat Desa
umumnya memiliki ciri-ciri sebaliknya. Disparitas kaya-miskin masih belum
berhasil diturunkan secara signifikan. Disparitas ini tecermin dari kehidupan
kota yang maju dan kehidupan desa yang serba terbatas. Sementara itu, desa
penuh dengan kekayaan alam melimpah, mineral, tambang, minyak dan gas
sertahamparn hutan yang luas, cukup menjamin kehidupan Desa. Namun lagi-lagi
yang memanfaatkan kekayaan alam desa umumnya didominasi masyarakat kota. Inilah
yang menyebabkan disparitas itu masih lebar hingga saat ini.
Dari data
menyebutkan bahwa kesenjangan dalam Gini Ratio masih berada di sekitar 0,4, dan
ini terjadi sejak tahun 2007. Setidaknya harapan baru bagi masyarakat desa
telah muncul ketika pemerintah meggenjot pembangunan infrastruktur, jika ini
berhasil, setidaknya masyarakat Desa memiliki fasilitas untuk mengejar
ketertinggalanya dengan masyarakat kota. Masyarakat desa akan bisa menggunakan
waktu lebih panjang untuk belajar, bekerja dan berkreasi lebih baik.
Dalam penguasaan Teknologipun, masyarakat kota dengan
pengetahuannya memiliki kapasitas untuk menguasai teknologi lebih baik,
sementara masyarakat desa hanya bisa menguasai Teknologi sederhana, itupun baru
bisa tersinergi jika infrastruktur desa dapat diwujudkan segera.
Sementara itu, sebagian besar penduduk di desa tertinggal hidup
dalam infrastruktur yang memprihatinkan, mereka harus menempuh jarak sejauh
6-10 km ke pusat pemasaran (terutama pusat kecamatan), bahkan di desa lainnya
penduduk harus menempuh jarak lebih dari 10 km dengan kondisi jalan yang
memprihatinkan. Penduduk yang terlayani air minum perpipaan perdesaan masih
sangat rendah, selebihnya masih mengambil langsung dari sumber air yang belum
terlindungi. Sementara itu, banyak petani di desa tertinggal memiliki luas
lahan pertanian kurang dari 0,5 ha (lahan marjinal). Dengan kondisi tersebut
maka dibutuhkan strategi penanganan penyediaan infrastruktur perdesaan yang
dapat mendukung terjaminnya peningkatan dan keberlanjutan kegiatan perekonomian
di perdesaan
Sehebat apapun reputasi kota, tanpa adanya desa, kota tidak akan pernah bisa maju seperti sekarang. Membangun desa adalah membangun masyarakat miskin, akan terwujud jika desa memiliki Sumberdaya Manusia terampil dan Iptek yang tepat.
Sehebat apapun reputasi kota, tanpa adanya desa, kota tidak akan pernah bisa maju seperti sekarang. Membangun desa adalah membangun masyarakat miskin, akan terwujud jika desa memiliki Sumberdaya Manusia terampil dan Iptek yang tepat.
Thomas Alfa Edison pernah mengatakan “Tidak ada jalan keluar
yang dipakai untuk menghindarkan diri dari sesuatu, kecuali berfikir”.
Hal itu menegaskan bahwa dalam setiap masalah harus dapat
dipecahkan dengan menggunakan strategi yang tepat, sedapat mungkin dengan cara
yang sederhana, dapat dijangkau dengan mudah, dapat dipertanggung jawabkan, dan
memiliki dimensi waktu yang jelas.
Solusi strategis
Karena itu membangun desa harus dimulai dari mempersempit
disparitas kota-desa secara terukur dan tepat agar dapat menjamin kepastian
keberhasilan, antara lain :
Mempercepat pembangunan infrastruktur Desa memerlukan strategi
yang tepat, Jumlah penduduk miskin berpengetahuan rendah yang dominan di
perdesaan perlu strategi dalam melibatkan masyarakat perdesaan dalam
pembangunan infrastruktur perdesaan sehingga bisa memberikan beberapa dampak,
antara lain : kualitas pekerjaan yang dihasilkan;keberlangsungan operasional
dan pemeliharaan infrastruktur tersebut; kemampuan masyarakat dalam membangun
suatu kemitraan dengan berbagai pihak; serta penguatan kapasitas masyarakat
untuk mampu mandiri memfasilitasi kegiatan masyarakat dalam wilayahnya.
Jenis infrastruktur perdesaan yang perlu ditingkatkan, antara
lain berupa :
Infrastruktur yang mendukung aksesibilitas, berupa jalan dan
jembatan perdesaan; Infrastruktur yang mendukung produksi pangan, berupa
irigasi perdesaan; dan
Infrastruktur untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat perdesaan, berupa penyediaan air minum dan sanitasi perdesaan
Infrastruktur untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat perdesaan, berupa penyediaan air minum dan sanitasi perdesaan
Seperti yang dikatakan Philip H. Comb & Manzoor Ahmed,
meningkatkan SDM Desa perlu strategi khusus, antara lain : Jenis ketrampilan
yang dibina , tempat dan jadwal program pendidikan ini harus secara cermat
disesuaikan dengan waktu, kebutuhan dan motivasi; Ketrampilan yang dibina dan
dianjurkan penerapannya janganlah tepat dari segi teknik, namun juga harus bisa
diaksanakan secara fisik dan ekonomis dalam keadaan khas di masyarakat mereka; Metode
yang diterapkan harus sesuai dengan khasanah bahasa serta gaya belajar kelompok
peserta; Usaha pendidikan harus dilaksanakan sebagai suatu rangkaian yang
kontinyu; Tujuan-tujuan pendidikan harus diperincikan secara tegas dari semula,
sehingga langsung dapat diadakan evaluasi untuk mengadakan penyesuaian dan
penyempurnaan.
Maka yang harus dilakukan adalah meningkatkan kemampuan dan
kapasitas SDM Desa melalui pendidikan yang memadai dengan meningkatkan muatan
lokal tanpa harus meninggalkan tuntutan muatan nasional yang antara lain dapat
dilakukan melalui program pendidikan yang isi dan media penyampaiaanya
dikaitkan dengan lingkungan alam pedesaan, lingkungan social, lingkungan budaya
dan kebutuhan daerah sesuai prioritas muatan lokal yang memungkinkan SDM Desa
akan terampil dan memiliki bekal untuk kehidupan. Pelaksanaanya dapat
melibatkan perangkat yang ada di Desa seperti LKMD, Karang Taruna dan
sebagainya, yang bertujuan pengembangan diri SDM Desa.
Misalnya di bidang
pertanian dan peternakan, mereka dikenalkan berbagai peluang usaha dari
pertanian dan peternakan beserta cara pengelolaannya dengan managemen yang
baik, strategi peningkatan hasil pertanian dan penggunaan pupuk dan bahan kimia
yang tepat. Untuk Pembinaan tukang dan pengrajin, mereka perlu mempelajari ketrampilan
dasar menjadi pengrajin, dikenalkan berbagai bahan dasar, proses pembuatan
sampai pada pemasaran, bahkan penggunaan alat-alat pertukangan modern dan
perawatannya sehingga pembuatan kerajinan lebih cepat dan lebih baik. Dalam hal
pembinaan Industri kecil, SDM Desa perlu dikenalkan berbagai jenis usaha kecil
seperti makanan, souvenir, hiasan rumah, peralatan sehari-hari terutama yang
memeiliki ketersediaan bahan baku di daerah tersebut. Mulai dari cara
pembuatan, mengemas agar menarik dan pemasaran juga perlu di sampaikan
Memperkuat skema pelatihan Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi
yang bertujuan untuk mendukung kewirausahaan berbasis teknologi untuk
masyarakat Desa. Perusahaan pemula yang dikembangkan, memanfaatkan hasil
penelitian dan pengembangan dari lembaga litbang maupun perguruan tinggi.
Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas inkubator-inkubator yang
saling terhubung dan bekerja sama satu sama lain untuk mengembangkan, membangun
sinergi dan membantu industri serta Industri Kecil Menengah terutama dalam
menyesuaikan teknologi-teknologi yang tepat. Jenius bantuan yang disediakan
mencakup on-site dan off-site melalui jasa pelatihan dan
pendampingan, serta mengembangkan materi-materi intermediasi melalui kerjasama
dengan organisasi-organisasi terkait. Dalam proses inkubasi ini, umumnya
pengusaha pemula diberikan: mentoring, pendampingan uji produksi, pendampingan
uji konsumen, pendampingan uji jual, sertifikasi, hingga promosi.
Membangun kerjasama terutama pasar bagi komoditas desa, terutama jika dikaitkan dengan realitas pasar desa, yaitu bahwa komoditas paling banyak adalah barang-barang hasil bumi yang siap untuk dikonsumsi. Seperti sayur-sayuran, hasil panen, alat-alat produksi, makanan siap makan (jenang, gudeg, gorengan, dan makanan khas daerah setempat). Meski demikian, dalam dua decade terakhir ini banyak pasar desa yang juga menyediakan komoditas sandang/pakaian. Barang komoditas seperti perkakas/ peralatan pertanian dan barang-barang modal dalam proses produksi yang juga disediakan di pasar adalah konsekuensi logis dari mayoritas profesi masyarakat desa sebagai petani. Karena desa sebagian besar menjual komoditas hasil pertanian maka Time delivery sangat penting untuk diperhatikan disamping kualitas barang dan harga. Oleh karenanya menual barang dengan cepat, kualitas prima dan harga bersaing menjadi parameter utama yang harus diperhatikan dalam pola kerjasama pasar komoditas desa.
Membangun kerjasama terutama pasar bagi komoditas desa, terutama jika dikaitkan dengan realitas pasar desa, yaitu bahwa komoditas paling banyak adalah barang-barang hasil bumi yang siap untuk dikonsumsi. Seperti sayur-sayuran, hasil panen, alat-alat produksi, makanan siap makan (jenang, gudeg, gorengan, dan makanan khas daerah setempat). Meski demikian, dalam dua decade terakhir ini banyak pasar desa yang juga menyediakan komoditas sandang/pakaian. Barang komoditas seperti perkakas/ peralatan pertanian dan barang-barang modal dalam proses produksi yang juga disediakan di pasar adalah konsekuensi logis dari mayoritas profesi masyarakat desa sebagai petani. Karena desa sebagian besar menjual komoditas hasil pertanian maka Time delivery sangat penting untuk diperhatikan disamping kualitas barang dan harga. Oleh karenanya menual barang dengan cepat, kualitas prima dan harga bersaing menjadi parameter utama yang harus diperhatikan dalam pola kerjasama pasar komoditas desa.
Implikasi
Tidak menutup kemungkinan jika beberapa hal diatas dilakukan,
yaitu antara lain adalah membangun SDM Desa, membekali masyarakat Desa dengan
Iptek, membangun Pasar Desa serta mendorong tumbuhnya Pengusaha Pemula Desa
yang berbasis teknologi maka ekonomi desa akan tumbuh produktif dan terjadi
lompatan pendapatan yang tinggi. Pada gilirannya Desa akan memiliki kekuatan
dan daya saing yang dapat memberikan dampak pada daya saing nasional. (*)
Sumber : Read more at
https://ristekdikti.go.id/membangun-desa-membangun-daya-saing-indonesia/#X2mDMkAM2jbrkpdj.99
[1] Agus
Puji Prasetyono, Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta danStaf
Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Bidang Relevansi dan
Produktivitas
No comments:
Post a Comment